Rabu, 24 Juni 2009

Berita Bisnis Edisi 341

Pembangunan Sektor Perumahan
Dituntut Peran Aktif Pemerintah

MEDIA JAMBI— Pemerintah daerah proaktif mendorong terpenuhinya kebutuhan perumahan masyarakat di daerahnya. Serta memberi peluang dan kemudahan bagi pengembang, untuk berkiprah dan memberi kontribusi bagi pembangunan perumahan di tiap kabupaten/kota.

Hal ini, diperkuat Peraturan Pemerintah (PP) nomor 38 tahun 2007, tentang pembagian urusan antara pemerintah Daerah dan pemerintah kabupaten/kota. Yang intinya, perumahan merupakan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Sektor perumahan dan pemukiman, termasuk salah satu tanggung jawab dan urusan rumah tangga di tiap daerah.

Demikian dikatakan ketua Real Estate Indonesia Jambi, Asep Sudrajat kepada Media Jambi, Kamis (28/5) lalu.

Menurut Asep, dalam PP disebutkan, perumahan menjadi tanggung jawab tiap Pemerintah Daerah. Sehingga diharapkan, Pemda proaktif menyediakan sarana dan prasarana untuk kawasan perumahan, disamping meminta kuota perumahan ke pemerintah pusat.

“Termasuk mempersiapkan kasiba dan lasiba yaitu kawasan siap bangun dan lahan siap bangun,” ujar Asep. Meski masih dilanda krisis global, pengamatan Media Jambi justru menunjukkan makin bermunculannya pengembang baru yang terjun membangun perumahan di Kota Jambi.

Asep menyebutkan, pada tahun 2006 terdaftar 62 perusahaan di REI, tahun 2007 meningkat menjadi 87 perusahaan dan tahun 2008 menjadi 110 perusahaan. Sedangkan pada tahun 2009, lima anggota baru kembali mendaftar, disamping beberapa perusahaan yang masuk dalam kategori calon anggota. Nampaknya menjadi pengembang masih menjadi lahan bisnis yang menjanjikan.

Didukung Kongres Nasional Perumahan dan Pemukiman II 2009
Kongres Nasional Perumahan dan Pemukiman II, yang dilaksanakan dari tanggal 18 hingga 20 Mei 2009 lalu di Jakarta mendeklarasikan, bahwa peserta kongres merupakan pewaris keputusan kongres nasional tahun 1950. Yang kemudian meneguhkan perumahan sebagai urusan Negara. Terlebih, hasil amandemen serta undang-Undang HAM juga menegaskan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Peserta kongres bertekad, melindungi dan menjamin hak memperoleh tempat tinggal yang layak. Serta segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan dasar, hak azazi manusia dan jati diri sebagai warga negara.

Peserta kongres juga menjamin keadilan dan kesetaraan pembangunan perumahan dan pemukiman. Disamping menghadapi kendala sumberdaya yang terbatas terutama tanah, air dan energi. Meningkatkan kualitas kehidupan secara berkelanjutan bervisi lingkungan dan menguransi resiko bencana juga menjadi agenda kerja peserta kongres tersebut.(ade)

CV Kembar Lestari
* Daya Beli Masyarakat Merosot

Krsisi global yang berkepanjangan membuat pengembang perumahan mengeluhkan merosotnya daya beli masyarakat. Meski rumah menjadi kebutuhan primer, namun dampak krisis membuat masyarakat menunda pembelian rumah dan lebih mengutamakan kebutuhan lain yang lebih pokok. Penurunan perumahan Kembar Lestari, diakui Asep mencapai 40 persen.

“Sebenarnya, penurunan harga beberapa komponen bahan bangunan membuat pengembang dapat meraih sedikit keuntungan dari penjualan rumah,” ujar Asep. Lemahnya daya beli, menurut Asep tidak terlepas dari merosotnya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit beberapa waktu lalu.

”Sebagian besar konsumen merupakan pengusaha maupun pemilik kebun sawit dan para PNS,” kata Asep.

Sebagai pengembang, pihak REI sangat mengharapkan bantuan pemerintah dalam menyediakan jaringan lsitrik, air dan jalan ke lokasi perumahan. Target 5000 unit rumah RSH, diperkirakan sulit tercapai. Terlebih bila terkendala sarana listrik dan air bersih.

Dari kuota 2.200 Kwh listrik di tahun 2008, REI hanya mendapatkan 1.513 sambungan. “687 sambungan lagi dijanjikan tahun ini,” sambung Asep. Sementara di tahun 2009, REI mendapat kuota 2.000 kwh meter dari PLN Cabang Jambi dan 1.000 kwh meter dari PLN Cabang Bungo.(ade)

Nasrul Thahar, pengamat sekaligus pelaku perumahan di Jambi mengatakan, permintaan rumah akan selalu berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Jambi.

Menurut Nasrul, menjadi tugas pemerintah untuk menggairahkan pertumbuhan ekonomi, agar semua sektor ikut tumbuh. Pada akhirnya, ekonomi yang sehat akan berdampak membaiknya kemampuan dan daya beli masyarakat membeli rumah.(ade)

CV Bonanza Land Development
*Tawarkan Bonanza Family dan Bonanza Regency

Mantan karyawan perusahaan pengembang di Jambi Idawati Sidabutar dan Haris Sirait, sejak tahun 2006 lalu menjadi pengembang. Namun setelah berpisah dari partner bisnisnya, pasangan penganten baru ini merintis perusahaan baru yang diberinama CV Bonanza Land Development (BLD). Saat ini BLD sekaligus mengembangkan dua perumahan di daerah berbeda yaitu di Kota Jambi dan di Kota Sengeti Kabupaten Muarojambi. Memanfaatkan lahan seluas 5.000 m2 Perumahan Bonanza Family di kawasan Jerambah Bolong Kota Jambi dibangun 24 unit rumah RSH dan di Bonanza regency Sengeti, di tanah seluas 1,8 hektar dibangun rumah RSH sebanyak 75 unit dan 22 unit ruko. Harga rumah RSH antara Kota Jambi dan Sengeti berbeda Rp 1 juta. “Di RSH Perumahan Bonanza Family dijual seharga Rp 55 juta dan yang di Bonanza Regency Rp 54 juta,” kata Idawati kepada Media Jambi, Kamis (28/5). Menurut Idawati, peminat di kdua perumahan yang sedang dikembangkannya cukup baik. “Di Bonanza Family sudah terjual tujuh unit, sedangkan di Bonanza Regency dari 20 unit yang sedang dibangun sudah lima unit terjual dan lima kios. Kedua perumahan ini baru sekitar tiga bulan dibuka kedua pasangan suami istri ini. Diakui keduanya bahwa sejak harga sawit turun, penjualan perumahan agak sulit. Khususnya penjualan secra KPR kepada para petani sawit. “Kecuali bagi petani yang memeiliki kebun sendiri atau yang sudah lunas kreditnya, Sekarang ini yang lancer penjualannya ke PNS” kata Haris. Bgai Idawati sebagai pengembang baru punya kiat tersendiri dalam memasarkan perumahan. “Saya punya semangat dan tidak gampang menyerah. Selain itu sikap ingin tahu dan terus berusaha dan belajar sambil didiringi dengan kejujuran,” ujarnya. Sebagai penegmbang yang sanagt dirasaknanya adalah sulitnya mendapatkan aliran listrik. Perumahan pertama yang dibangun Idawati di Jalan Lintas Timur Km 23, Sengeti yang sudah terjual semua sejak tahun 2007 lalu masih ada dua unit rumah yang belum dialiri listrik. “Begitupun dengan PDAM, sampai saat ini belum masuk juga sehingga kami harus membuatkan sumur bagi setiap rumah yang dibeli, padahal semua kewajiban ke PDAM sudah dibayarkan. Sekarang kami membangun rumah di Bonanza Regency, dengan fasilitas sumur gali, karena jalur pipa PDAM belum masuk,” papar Haris.(ade)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar