Senin, 29 Juni 2009
Bisnis Multi Level Marketing
Tawarkan Bebas Waktu dan Finansial
MEDIA JAMBI—Mengembangkan jaringan bisnis dengan sistem Multi Level Marketing (MLM), menjadi pilihan banyak pengusaha maupun masyarakat umum saat ini. Pola kerjanya, mengedepankan perekrutan sejumlah orang sebagai bagian dari satu jaringan yang telah terpola sedemikian rupa. Banyak yang sukses, namun tak sedikit yang kecewa dan menjadi antipati terhadap bisnis MLM.
Di Jambi, aktivitas MLM mulai dikenal sejak tahun 1992 lalu. Saat ini, beragam produk telah ditawarkan, baik kepada konsumen maupun calon anggota. Mulai dari produk obat-obatan, kosmetik, pupuk, pendidikan, pulsa, peralatan rumah tangga hingga rokok. Pihak manajemen juga menawarkan sejumlah keuntungan, bonus dan prestise baru bagi anggotanya.
Beberapa diantaranya tergabung dalam APLI, yaitu asosiasi yang menaungi perusahaan MLM. Yang pasti, tiap perusahaan akan menggunakan support system dalam menjalankan jaringan bisnisnya. Panduan dan pelatihan yang terus dilakukan, ketekunan, fokus dan kerja keras, diyakini mampu membuat semua anggota memiliki kesempatan yang sama, yaitu bebas waktu dan finansial.
Berikut liputan Media Jambi ke beberapa narasumber yang terbilang sukses dalam menjalankan bisnis networking di Kota Jambi.ade)
K-Link : Andalkan Produk Liquid Chlorofil
K-LINK merupakan perusahaan MLM yang bergerak diberbagai produk kesehatan. Dengan biaya keanggotaan Rp 200 ribu, anggota K-Link terdaftar seumur hidup dan dapat diwariskan.
“K-Link menerapkan break away system, tidak ada fee bagi upline maupun orang yang mengenalkan bisnis ini,” kata Reza Lubis (25), anggota K-Link peringkat Emerald kepada Media Jambi, Rabu (24/6) lalu.
Penghasilann Reza, yang kini membuka Sub Stockist di Jalan M Yamin, Lebak Bandung Kota Jambi mengaku, memperoleh penghasilan antara Rp 7 hingga Rp 10 juta perbulan.
Produk andalan yang ditawarkan yaitu Liquid chlorofil, minuman kesehatan untuk mengeluarkan racun melalui keringat, air seni dan air besar, keseimbangan tubuh dan mengaktifkan sel-sel mati.
Sejak bergabung tahun 2005 lalu, Reza mengaku tidak gampang mencapai peringkat emerald di bisnis ini. “Sangat tergantung orangnya. Awalnya sulit karena semangat turun naik, tapi setelah fokus, setahun terakhir bisa mencapai emerald,” katanya.
Di bisnis ini, menurutnya tidak memerlukan keseimbangan kiri dan kanan untuk mendapat penghasilan. Yang terpenting, penghasilan anggota dihitungdari point value dan omset jaringan.
Setiap bulan, setiap anggota harus mempunyai minimal 100 point, untuk memperoleh bonus atau belanja sekitar Rp 600 ribuan. Satu point bernilai sekitar Rp 4.500-Rp 5.000. Peringkat di K-Link mulai dari Member (100 PV), Senior Member (300 PV), Supervisor (600 PV) dan Manager (akumulasi dari omset). Peringkat berikutnya Safir Manager (menciptakan satu manager) dan Rubby manager (ciptakan dua manager), Emerald (tiga manager), Ambasador, Royal Ambasador dan Crown Ambasador.
Provinsi Jambi baru memiliki dua stockist, yaitu di Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh, Kerinci. Satu sub stockist dan 50 mobile stockist. Passive income yang ditawarkan bisnis ini mencapai Rp 70 hinggaRp 150 juta perbulan.(ade)
“K-Link menerapkan break away system, tidak ada fee bagi upline maupun orang yang mengenalkan bisnis ini,” kata Reza Lubis (25), anggota K-Link peringkat Emerald kepada Media Jambi, Rabu (24/6) lalu.
Penghasilann Reza, yang kini membuka Sub Stockist di Jalan M Yamin, Lebak Bandung Kota Jambi mengaku, memperoleh penghasilan antara Rp 7 hingga Rp 10 juta perbulan.
Produk andalan yang ditawarkan yaitu Liquid chlorofil, minuman kesehatan untuk mengeluarkan racun melalui keringat, air seni dan air besar, keseimbangan tubuh dan mengaktifkan sel-sel mati.
Sejak bergabung tahun 2005 lalu, Reza mengaku tidak gampang mencapai peringkat emerald di bisnis ini. “Sangat tergantung orangnya. Awalnya sulit karena semangat turun naik, tapi setelah fokus, setahun terakhir bisa mencapai emerald,” katanya.
Di bisnis ini, menurutnya tidak memerlukan keseimbangan kiri dan kanan untuk mendapat penghasilan. Yang terpenting, penghasilan anggota dihitungdari point value dan omset jaringan.
Setiap bulan, setiap anggota harus mempunyai minimal 100 point, untuk memperoleh bonus atau belanja sekitar Rp 600 ribuan. Satu point bernilai sekitar Rp 4.500-Rp 5.000. Peringkat di K-Link mulai dari Member (100 PV), Senior Member (300 PV), Supervisor (600 PV) dan Manager (akumulasi dari omset). Peringkat berikutnya Safir Manager (menciptakan satu manager) dan Rubby manager (ciptakan dua manager), Emerald (tiga manager), Ambasador, Royal Ambasador dan Crown Ambasador.
Provinsi Jambi baru memiliki dua stockist, yaitu di Kota Jambi dan Kota Sungai Penuh, Kerinci. Satu sub stockist dan 50 mobile stockist. Passive income yang ditawarkan bisnis ini mencapai Rp 70 hinggaRp 150 juta perbulan.(ade)
DBS : Tawarkan Produk Pulsa
MESKI terbilang pemain baru di Kota Jambi, network marketing yang fokus dibidang pendidikan enterpreneur dan agen pulsa elektronik ini mampu menciptakan jutawan baru di Jambi. Didirikan oleh Febrian Agung Budi Prastyo, DBS merupakan system support dari PT Duta Future Internasional (DFI), yang bekerjasama dengan semua operator seluler GSM dan CDMA.
Setiap anggota DBS, memperoleh sertifikat hak usaha (HU), starter kit DVD tentang DBS, serta daftar harga pulsa seluler. Ada tiga pilihan usaha setelah mendaftar menjadi anggota. Yaitu Rp 200 ribu (untuk satu HU), Rp 500 ribu untuk tiga HU dan Rp 1,1 juta untuk tujuh HU.
Untuk satu HU, anggota mendapatkan kartu merah sebagai bukti asuransi kecelakaan selama satu tahun dan discount belanja di sebesar Rp 5.000 di merchant ternama. Tiga HU bernilai asuransi lima tahun dan tujuh HU berarti perlindungan asuransi seumur hidup. DBS, juga tidak mengharuskan anggota untuk tutup point atau mencapai target bulanan. Disamping keanggotaan berlaku seumur hidup dan dapat diwariskan.
Saat ini, DFI mengklaim sebagai server pulsa dengan transaksi terbesar di Indonesia. Karlasari (27), peringkat Bronze di DBS mengaku telah mendapat penghasilan dari menjalankan bisnis di DBS, sejak bergabung pada Januari 2009 lalu.
“Setelah menjalankan serius selama tiga bulan, saya bisa mencapai peringkat bronze dan mendapat penghasilan mingguan dan bulanan,” ujar Karlasari, Kamis pekan lalu.
Bahkan, Staf Keuangan di LIA Jambi ini mengaku mampu membeli mobil Honda City dari hasil menjalankan bisnis ini. Usaha ini, tidak selamanya menguntungkan posisi member diatas. Terbukti, tiga jaringan Karlasari telah memperoleh prediket Bronze.
“Prinsipnya kita bekerjasama dan saling membantu teman,” tukasnya. Dengan tiga HU, saat ini Karla mampu menerima puluhan juta uang tunai dan subsidi pulsa Rp 600 ribu setiap minggu.
DBS juga menerapkan sistem mudharobah, yaitu bagi hasil dengan perusahaan untuk biaya operasional. peringkat DBS dimulai dari New Leader ketika jaringan seimbang kiri dan kanan (50:50), group leader (2250:250), Bronze (1.000:1.000), Silver (5.000:5.000) dan Gold (15.000:15.000).
Dipastikan, usaha ini sudah mendapatkan fatwa halam MUI dan AA Gym sebagai salah satu komisaris perusahaan. Ketika jaringan sudah berjalan, beberapa penghasilan akan didapat anggota. Seperti subsidi sponsor, subsidi pasangan (kiri dan kanan), subsidi titik, subsidi duplikasi, royalty produk, royalty produk tambahan dan subsidi prestasi yang dihitung berdasarkan point yang di dapat.
Peringkat Bronze, Silver dan Gold akan mendapatkan pembagian laba perusahaan dengan persentase tertentu. “Jadi selain dapat subsidi mingguan dan bulanan dari jaringan, kita juga mendapatkan pembagian laba perusahaan. (ade)
Setiap anggota DBS, memperoleh sertifikat hak usaha (HU), starter kit DVD tentang DBS, serta daftar harga pulsa seluler. Ada tiga pilihan usaha setelah mendaftar menjadi anggota. Yaitu Rp 200 ribu (untuk satu HU), Rp 500 ribu untuk tiga HU dan Rp 1,1 juta untuk tujuh HU.
Untuk satu HU, anggota mendapatkan kartu merah sebagai bukti asuransi kecelakaan selama satu tahun dan discount belanja di sebesar Rp 5.000 di merchant ternama. Tiga HU bernilai asuransi lima tahun dan tujuh HU berarti perlindungan asuransi seumur hidup. DBS, juga tidak mengharuskan anggota untuk tutup point atau mencapai target bulanan. Disamping keanggotaan berlaku seumur hidup dan dapat diwariskan.
Saat ini, DFI mengklaim sebagai server pulsa dengan transaksi terbesar di Indonesia. Karlasari (27), peringkat Bronze di DBS mengaku telah mendapat penghasilan dari menjalankan bisnis di DBS, sejak bergabung pada Januari 2009 lalu.
“Setelah menjalankan serius selama tiga bulan, saya bisa mencapai peringkat bronze dan mendapat penghasilan mingguan dan bulanan,” ujar Karlasari, Kamis pekan lalu.
Bahkan, Staf Keuangan di LIA Jambi ini mengaku mampu membeli mobil Honda City dari hasil menjalankan bisnis ini. Usaha ini, tidak selamanya menguntungkan posisi member diatas. Terbukti, tiga jaringan Karlasari telah memperoleh prediket Bronze.
“Prinsipnya kita bekerjasama dan saling membantu teman,” tukasnya. Dengan tiga HU, saat ini Karla mampu menerima puluhan juta uang tunai dan subsidi pulsa Rp 600 ribu setiap minggu.
DBS juga menerapkan sistem mudharobah, yaitu bagi hasil dengan perusahaan untuk biaya operasional. peringkat DBS dimulai dari New Leader ketika jaringan seimbang kiri dan kanan (50:50), group leader (2250:250), Bronze (1.000:1.000), Silver (5.000:5.000) dan Gold (15.000:15.000).
Dipastikan, usaha ini sudah mendapatkan fatwa halam MUI dan AA Gym sebagai salah satu komisaris perusahaan. Ketika jaringan sudah berjalan, beberapa penghasilan akan didapat anggota. Seperti subsidi sponsor, subsidi pasangan (kiri dan kanan), subsidi titik, subsidi duplikasi, royalty produk, royalty produk tambahan dan subsidi prestasi yang dihitung berdasarkan point yang di dapat.
Peringkat Bronze, Silver dan Gold akan mendapatkan pembagian laba perusahaan dengan persentase tertentu. “Jadi selain dapat subsidi mingguan dan bulanan dari jaringan, kita juga mendapatkan pembagian laba perusahaan. (ade)
Tiens : *Berhadiah Kapal Pesiar dan Mobil Mewah
BISNIS Networking asal China ini, telah memiliki sekitar 100 ribu anggota di Jambi. Produk yang ditawarkan cukup bervariasi, seperti produk kesehatan dengan andalan Calsium dan Cordyceps. Consumer good lain yang tengah booming saat ini, yaitu pupuk organik cair golden harvest, produk perawatan kulit dan alat-alat kesehatan.
“Keanggotaan berlaku seumur hidup dan dapat diwariskan, dengan harga menjadi anggota sebesar Rp 85 ribu, sudah terdaftar sebagai distributor,” kata Rusli Saleh (40), pemegang prediket Silver Lion kepada Media Jambi, Kamis (25/6) lalu.
Untuk menjalankan bisnis, setiap anggota disupport oleh system yang disebut Unicore (united core vision). System ini, telah terbukti mampu membawa kesuksesan pada tiap anggota yang menjalaninya secara serius.
Setelah bergabung dengan Tianshi tahun 2004, ia berhasil memperoleh hadiah Mercedes Benz C 230 Sport (senilai Rp 650 juta saat pada peringkat Bronze Lion tahun 2008. Pada posisi Silver lion, Rusli juga mendapat hadiah kapal pesiar (senilai Rp 500 juta).
Sebelum memperoleh bonus ini, ia telah mampu membeli rumah dan dua unit mobil. Belum termasuk reward lain seperti umroh dan mengunjungi lebih dari sepuluh negara di Eropa, Asia, Afrika. Saat ini, istri Rusli (Yenny Marlina) juga tengah mengejar posisi bronze lion dengan bonus mobil BMW terbaru.
“Cepat atau lambat, hadiah yang dijanjikan akan tetap diperoleh ketika networker mencapai peringkat yang telah ditetapkan,” kata Rusli pula. Dengan penghasilannya, Rusli telah meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai dosen pada Universitas swasta di Kota Jambi.
“Sekarang, penghasilan saya sekitar Rp 40 juta perbulan,” ungkap Rusli kepada Media Jambi, Kamis Sore (25/6).
Dikatakan Rusli, pilihannya sebagai networker merupakan kerja nikmat dan sangat berbeda. Dengan penghasilan passive income, kehidupan akan dapat dijalani lebih berkualitas. Dalam support system tianshi, ada beberapa tingkatan yang harus dilalui seorang anggota. Dimulai dari bintang I hingga delapan, bronze lion, silver lion, gold lion hingga terus menanjak keatas.
Saat ini, lebih 10 peringkat delapan dan empat mobil mewah di boyong ke Jambi. Distributor peringkat delapan lain, Suryani (34) mengaku telah memperoleh penghasilan sekitar Rp 20 juta perbulan. Ia juga berani meninggalkan usaha suppliernya untuk tetap menekuni bisnis ini bahu membahu dengan suami. “Ya kata setiap MLM beranikah kita pindah dari wilayah nyaman kita?.(ade)
“Keanggotaan berlaku seumur hidup dan dapat diwariskan, dengan harga menjadi anggota sebesar Rp 85 ribu, sudah terdaftar sebagai distributor,” kata Rusli Saleh (40), pemegang prediket Silver Lion kepada Media Jambi, Kamis (25/6) lalu.
Untuk menjalankan bisnis, setiap anggota disupport oleh system yang disebut Unicore (united core vision). System ini, telah terbukti mampu membawa kesuksesan pada tiap anggota yang menjalaninya secara serius.
Setelah bergabung dengan Tianshi tahun 2004, ia berhasil memperoleh hadiah Mercedes Benz C 230 Sport (senilai Rp 650 juta saat pada peringkat Bronze Lion tahun 2008. Pada posisi Silver lion, Rusli juga mendapat hadiah kapal pesiar (senilai Rp 500 juta).
Sebelum memperoleh bonus ini, ia telah mampu membeli rumah dan dua unit mobil. Belum termasuk reward lain seperti umroh dan mengunjungi lebih dari sepuluh negara di Eropa, Asia, Afrika. Saat ini, istri Rusli (Yenny Marlina) juga tengah mengejar posisi bronze lion dengan bonus mobil BMW terbaru.
“Cepat atau lambat, hadiah yang dijanjikan akan tetap diperoleh ketika networker mencapai peringkat yang telah ditetapkan,” kata Rusli pula. Dengan penghasilannya, Rusli telah meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai dosen pada Universitas swasta di Kota Jambi.
“Sekarang, penghasilan saya sekitar Rp 40 juta perbulan,” ungkap Rusli kepada Media Jambi, Kamis Sore (25/6).
Dikatakan Rusli, pilihannya sebagai networker merupakan kerja nikmat dan sangat berbeda. Dengan penghasilan passive income, kehidupan akan dapat dijalani lebih berkualitas. Dalam support system tianshi, ada beberapa tingkatan yang harus dilalui seorang anggota. Dimulai dari bintang I hingga delapan, bronze lion, silver lion, gold lion hingga terus menanjak keatas.
Saat ini, lebih 10 peringkat delapan dan empat mobil mewah di boyong ke Jambi. Distributor peringkat delapan lain, Suryani (34) mengaku telah memperoleh penghasilan sekitar Rp 20 juta perbulan. Ia juga berani meninggalkan usaha suppliernya untuk tetap menekuni bisnis ini bahu membahu dengan suami. “Ya kata setiap MLM beranikah kita pindah dari wilayah nyaman kita?.(ade)
Rabu, 24 Juni 2009
Berita Bisnis Edisi 341
Pembangunan Sektor Perumahan
Dituntut Peran Aktif Pemerintah
MEDIA JAMBI— Pemerintah daerah proaktif mendorong terpenuhinya kebutuhan perumahan masyarakat di daerahnya. Serta memberi peluang dan kemudahan bagi pengembang, untuk berkiprah dan memberi kontribusi bagi pembangunan perumahan di tiap kabupaten/kota.
Hal ini, diperkuat Peraturan Pemerintah (PP) nomor 38 tahun 2007, tentang pembagian urusan antara pemerintah Daerah dan pemerintah kabupaten/kota. Yang intinya, perumahan merupakan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Sektor perumahan dan pemukiman, termasuk salah satu tanggung jawab dan urusan rumah tangga di tiap daerah.
Demikian dikatakan ketua Real Estate Indonesia Jambi, Asep Sudrajat kepada Media Jambi, Kamis (28/5) lalu.
Menurut Asep, dalam PP disebutkan, perumahan menjadi tanggung jawab tiap Pemerintah Daerah. Sehingga diharapkan, Pemda proaktif menyediakan sarana dan prasarana untuk kawasan perumahan, disamping meminta kuota perumahan ke pemerintah pusat.
“Termasuk mempersiapkan kasiba dan lasiba yaitu kawasan siap bangun dan lahan siap bangun,” ujar Asep. Meski masih dilanda krisis global, pengamatan Media Jambi justru menunjukkan makin bermunculannya pengembang baru yang terjun membangun perumahan di Kota Jambi.
Asep menyebutkan, pada tahun 2006 terdaftar 62 perusahaan di REI, tahun 2007 meningkat menjadi 87 perusahaan dan tahun 2008 menjadi 110 perusahaan. Sedangkan pada tahun 2009, lima anggota baru kembali mendaftar, disamping beberapa perusahaan yang masuk dalam kategori calon anggota. Nampaknya menjadi pengembang masih menjadi lahan bisnis yang menjanjikan.
Didukung Kongres Nasional Perumahan dan Pemukiman II 2009
Kongres Nasional Perumahan dan Pemukiman II, yang dilaksanakan dari tanggal 18 hingga 20 Mei 2009 lalu di Jakarta mendeklarasikan, bahwa peserta kongres merupakan pewaris keputusan kongres nasional tahun 1950. Yang kemudian meneguhkan perumahan sebagai urusan Negara. Terlebih, hasil amandemen serta undang-Undang HAM juga menegaskan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Peserta kongres bertekad, melindungi dan menjamin hak memperoleh tempat tinggal yang layak. Serta segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan dasar, hak azazi manusia dan jati diri sebagai warga negara.
Peserta kongres juga menjamin keadilan dan kesetaraan pembangunan perumahan dan pemukiman. Disamping menghadapi kendala sumberdaya yang terbatas terutama tanah, air dan energi. Meningkatkan kualitas kehidupan secara berkelanjutan bervisi lingkungan dan menguransi resiko bencana juga menjadi agenda kerja peserta kongres tersebut.(ade)
CV Kembar Lestari
* Daya Beli Masyarakat Merosot
Krsisi global yang berkepanjangan membuat pengembang perumahan mengeluhkan merosotnya daya beli masyarakat. Meski rumah menjadi kebutuhan primer, namun dampak krisis membuat masyarakat menunda pembelian rumah dan lebih mengutamakan kebutuhan lain yang lebih pokok. Penurunan perumahan Kembar Lestari, diakui Asep mencapai 40 persen.
“Sebenarnya, penurunan harga beberapa komponen bahan bangunan membuat pengembang dapat meraih sedikit keuntungan dari penjualan rumah,” ujar Asep. Lemahnya daya beli, menurut Asep tidak terlepas dari merosotnya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit beberapa waktu lalu.
”Sebagian besar konsumen merupakan pengusaha maupun pemilik kebun sawit dan para PNS,” kata Asep.
Sebagai pengembang, pihak REI sangat mengharapkan bantuan pemerintah dalam menyediakan jaringan lsitrik, air dan jalan ke lokasi perumahan. Target 5000 unit rumah RSH, diperkirakan sulit tercapai. Terlebih bila terkendala sarana listrik dan air bersih.
Dari kuota 2.200 Kwh listrik di tahun 2008, REI hanya mendapatkan 1.513 sambungan. “687 sambungan lagi dijanjikan tahun ini,” sambung Asep. Sementara di tahun 2009, REI mendapat kuota 2.000 kwh meter dari PLN Cabang Jambi dan 1.000 kwh meter dari PLN Cabang Bungo.(ade)
Nasrul Thahar, pengamat sekaligus pelaku perumahan di Jambi mengatakan, permintaan rumah akan selalu berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Jambi.
Menurut Nasrul, menjadi tugas pemerintah untuk menggairahkan pertumbuhan ekonomi, agar semua sektor ikut tumbuh. Pada akhirnya, ekonomi yang sehat akan berdampak membaiknya kemampuan dan daya beli masyarakat membeli rumah.(ade)
CV Bonanza Land Development
*Tawarkan Bonanza Family dan Bonanza Regency
Mantan karyawan perusahaan pengembang di Jambi Idawati Sidabutar dan Haris Sirait, sejak tahun 2006 lalu menjadi pengembang. Namun setelah berpisah dari partner bisnisnya, pasangan penganten baru ini merintis perusahaan baru yang diberinama CV Bonanza Land Development (BLD). Saat ini BLD sekaligus mengembangkan dua perumahan di daerah berbeda yaitu di Kota Jambi dan di Kota Sengeti Kabupaten Muarojambi. Memanfaatkan lahan seluas 5.000 m2 Perumahan Bonanza Family di kawasan Jerambah Bolong Kota Jambi dibangun 24 unit rumah RSH dan di Bonanza regency Sengeti, di tanah seluas 1,8 hektar dibangun rumah RSH sebanyak 75 unit dan 22 unit ruko. Harga rumah RSH antara Kota Jambi dan Sengeti berbeda Rp 1 juta. “Di RSH Perumahan Bonanza Family dijual seharga Rp 55 juta dan yang di Bonanza Regency Rp 54 juta,” kata Idawati kepada Media Jambi, Kamis (28/5). Menurut Idawati, peminat di kdua perumahan yang sedang dikembangkannya cukup baik. “Di Bonanza Family sudah terjual tujuh unit, sedangkan di Bonanza Regency dari 20 unit yang sedang dibangun sudah lima unit terjual dan lima kios. Kedua perumahan ini baru sekitar tiga bulan dibuka kedua pasangan suami istri ini. Diakui keduanya bahwa sejak harga sawit turun, penjualan perumahan agak sulit. Khususnya penjualan secra KPR kepada para petani sawit. “Kecuali bagi petani yang memeiliki kebun sendiri atau yang sudah lunas kreditnya, Sekarang ini yang lancer penjualannya ke PNS” kata Haris. Bgai Idawati sebagai pengembang baru punya kiat tersendiri dalam memasarkan perumahan. “Saya punya semangat dan tidak gampang menyerah. Selain itu sikap ingin tahu dan terus berusaha dan belajar sambil didiringi dengan kejujuran,” ujarnya. Sebagai penegmbang yang sanagt dirasaknanya adalah sulitnya mendapatkan aliran listrik. Perumahan pertama yang dibangun Idawati di Jalan Lintas Timur Km 23, Sengeti yang sudah terjual semua sejak tahun 2007 lalu masih ada dua unit rumah yang belum dialiri listrik. “Begitupun dengan PDAM, sampai saat ini belum masuk juga sehingga kami harus membuatkan sumur bagi setiap rumah yang dibeli, padahal semua kewajiban ke PDAM sudah dibayarkan. Sekarang kami membangun rumah di Bonanza Regency, dengan fasilitas sumur gali, karena jalur pipa PDAM belum masuk,” papar Haris.(ade)
Dituntut Peran Aktif Pemerintah
MEDIA JAMBI— Pemerintah daerah proaktif mendorong terpenuhinya kebutuhan perumahan masyarakat di daerahnya. Serta memberi peluang dan kemudahan bagi pengembang, untuk berkiprah dan memberi kontribusi bagi pembangunan perumahan di tiap kabupaten/kota.
Hal ini, diperkuat Peraturan Pemerintah (PP) nomor 38 tahun 2007, tentang pembagian urusan antara pemerintah Daerah dan pemerintah kabupaten/kota. Yang intinya, perumahan merupakan tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Sektor perumahan dan pemukiman, termasuk salah satu tanggung jawab dan urusan rumah tangga di tiap daerah.
Demikian dikatakan ketua Real Estate Indonesia Jambi, Asep Sudrajat kepada Media Jambi, Kamis (28/5) lalu.
Menurut Asep, dalam PP disebutkan, perumahan menjadi tanggung jawab tiap Pemerintah Daerah. Sehingga diharapkan, Pemda proaktif menyediakan sarana dan prasarana untuk kawasan perumahan, disamping meminta kuota perumahan ke pemerintah pusat.
“Termasuk mempersiapkan kasiba dan lasiba yaitu kawasan siap bangun dan lahan siap bangun,” ujar Asep. Meski masih dilanda krisis global, pengamatan Media Jambi justru menunjukkan makin bermunculannya pengembang baru yang terjun membangun perumahan di Kota Jambi.
Asep menyebutkan, pada tahun 2006 terdaftar 62 perusahaan di REI, tahun 2007 meningkat menjadi 87 perusahaan dan tahun 2008 menjadi 110 perusahaan. Sedangkan pada tahun 2009, lima anggota baru kembali mendaftar, disamping beberapa perusahaan yang masuk dalam kategori calon anggota. Nampaknya menjadi pengembang masih menjadi lahan bisnis yang menjanjikan.
Didukung Kongres Nasional Perumahan dan Pemukiman II 2009
Kongres Nasional Perumahan dan Pemukiman II, yang dilaksanakan dari tanggal 18 hingga 20 Mei 2009 lalu di Jakarta mendeklarasikan, bahwa peserta kongres merupakan pewaris keputusan kongres nasional tahun 1950. Yang kemudian meneguhkan perumahan sebagai urusan Negara. Terlebih, hasil amandemen serta undang-Undang HAM juga menegaskan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Peserta kongres bertekad, melindungi dan menjamin hak memperoleh tempat tinggal yang layak. Serta segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan dasar, hak azazi manusia dan jati diri sebagai warga negara.
Peserta kongres juga menjamin keadilan dan kesetaraan pembangunan perumahan dan pemukiman. Disamping menghadapi kendala sumberdaya yang terbatas terutama tanah, air dan energi. Meningkatkan kualitas kehidupan secara berkelanjutan bervisi lingkungan dan menguransi resiko bencana juga menjadi agenda kerja peserta kongres tersebut.(ade)
CV Kembar Lestari
* Daya Beli Masyarakat Merosot
Krsisi global yang berkepanjangan membuat pengembang perumahan mengeluhkan merosotnya daya beli masyarakat. Meski rumah menjadi kebutuhan primer, namun dampak krisis membuat masyarakat menunda pembelian rumah dan lebih mengutamakan kebutuhan lain yang lebih pokok. Penurunan perumahan Kembar Lestari, diakui Asep mencapai 40 persen.
“Sebenarnya, penurunan harga beberapa komponen bahan bangunan membuat pengembang dapat meraih sedikit keuntungan dari penjualan rumah,” ujar Asep. Lemahnya daya beli, menurut Asep tidak terlepas dari merosotnya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit beberapa waktu lalu.
”Sebagian besar konsumen merupakan pengusaha maupun pemilik kebun sawit dan para PNS,” kata Asep.
Sebagai pengembang, pihak REI sangat mengharapkan bantuan pemerintah dalam menyediakan jaringan lsitrik, air dan jalan ke lokasi perumahan. Target 5000 unit rumah RSH, diperkirakan sulit tercapai. Terlebih bila terkendala sarana listrik dan air bersih.
Dari kuota 2.200 Kwh listrik di tahun 2008, REI hanya mendapatkan 1.513 sambungan. “687 sambungan lagi dijanjikan tahun ini,” sambung Asep. Sementara di tahun 2009, REI mendapat kuota 2.000 kwh meter dari PLN Cabang Jambi dan 1.000 kwh meter dari PLN Cabang Bungo.(ade)
Nasrul Thahar, pengamat sekaligus pelaku perumahan di Jambi mengatakan, permintaan rumah akan selalu berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Jambi.
Menurut Nasrul, menjadi tugas pemerintah untuk menggairahkan pertumbuhan ekonomi, agar semua sektor ikut tumbuh. Pada akhirnya, ekonomi yang sehat akan berdampak membaiknya kemampuan dan daya beli masyarakat membeli rumah.(ade)
CV Bonanza Land Development
*Tawarkan Bonanza Family dan Bonanza Regency
Mantan karyawan perusahaan pengembang di Jambi Idawati Sidabutar dan Haris Sirait, sejak tahun 2006 lalu menjadi pengembang. Namun setelah berpisah dari partner bisnisnya, pasangan penganten baru ini merintis perusahaan baru yang diberinama CV Bonanza Land Development (BLD). Saat ini BLD sekaligus mengembangkan dua perumahan di daerah berbeda yaitu di Kota Jambi dan di Kota Sengeti Kabupaten Muarojambi. Memanfaatkan lahan seluas 5.000 m2 Perumahan Bonanza Family di kawasan Jerambah Bolong Kota Jambi dibangun 24 unit rumah RSH dan di Bonanza regency Sengeti, di tanah seluas 1,8 hektar dibangun rumah RSH sebanyak 75 unit dan 22 unit ruko. Harga rumah RSH antara Kota Jambi dan Sengeti berbeda Rp 1 juta. “Di RSH Perumahan Bonanza Family dijual seharga Rp 55 juta dan yang di Bonanza Regency Rp 54 juta,” kata Idawati kepada Media Jambi, Kamis (28/5). Menurut Idawati, peminat di kdua perumahan yang sedang dikembangkannya cukup baik. “Di Bonanza Family sudah terjual tujuh unit, sedangkan di Bonanza Regency dari 20 unit yang sedang dibangun sudah lima unit terjual dan lima kios. Kedua perumahan ini baru sekitar tiga bulan dibuka kedua pasangan suami istri ini. Diakui keduanya bahwa sejak harga sawit turun, penjualan perumahan agak sulit. Khususnya penjualan secra KPR kepada para petani sawit. “Kecuali bagi petani yang memeiliki kebun sendiri atau yang sudah lunas kreditnya, Sekarang ini yang lancer penjualannya ke PNS” kata Haris. Bgai Idawati sebagai pengembang baru punya kiat tersendiri dalam memasarkan perumahan. “Saya punya semangat dan tidak gampang menyerah. Selain itu sikap ingin tahu dan terus berusaha dan belajar sambil didiringi dengan kejujuran,” ujarnya. Sebagai penegmbang yang sanagt dirasaknanya adalah sulitnya mendapatkan aliran listrik. Perumahan pertama yang dibangun Idawati di Jalan Lintas Timur Km 23, Sengeti yang sudah terjual semua sejak tahun 2007 lalu masih ada dua unit rumah yang belum dialiri listrik. “Begitupun dengan PDAM, sampai saat ini belum masuk juga sehingga kami harus membuatkan sumur bagi setiap rumah yang dibeli, padahal semua kewajiban ke PDAM sudah dibayarkan. Sekarang kami membangun rumah di Bonanza Regency, dengan fasilitas sumur gali, karena jalur pipa PDAM belum masuk,” papar Haris.(ade)
Langganan:
Postingan (Atom)